Friday 4 December 2020

Muhammad Ath Thaariq Aziizi 01:46

 

Jika kita telaah dengan seksama bagaimana remaja itu, dapatlah diambil kesimpulan bahwa mereka merupakan sebuah makhluk hidup yang berada dalam fase mencari jati diri. Ilmu mengenai identitas juga terfokus dalam beberapa disiplin ilmu yang diantaranya yakni, psikologi, sosiologi, ilmu kebudayaan, dsb (Alruwaili, 2017). Dalam artian ilmiahnya, kondisi ini juga disebut dengan pencarian identitas diri. Identitas diri berdasar definisi berarti, perasaan diri yang bersifat konsisten dan berkembang dari waktu ke waktu yang dilalui melalui proses eksplorasi dan komitmen yang diukur dengan menggunakan objective of ego identity status (OM-EIS) yang digubah oleh Marcia (1993) yakni, identity diffusion, identity foreclosure, identity moratorium, dan identity achievement (Husni & P., 2013).

Selama menjadi remaja dimana remaja tersebut juga akan mengalami krisis identitas. Dimana pada waktu itu mereka akan melepaskan diri dari orang tua lalu memilih bergabung dengan teman sebaya (Cintiawati & Na'imah, 2015). Dalam sebuah studi kasus dimana mereka mengubah identitas diri karena faktor pertemanan dalam sebuah grup (Boonchum, 2009). Dapat ditafsirkan pula bahwa, identitas diri merupakan ajang mempertahankan keindividualitasan diri sendiri (Rahma & Reza, 2013). Dengan begitu, krisis identitas ini berarti bahwa siapa dirinya di masa sekarang dan di masa depan (Hidayah & Huriati, 2016).

Melihat dari sumbernya, identitas diri diperoleh dari tiga hal yakni, lingkungan sosial, kelompok acuan dan tokoh idola. Teori Identitas Diri yang dikemukakan oleh Erickson mempunyai tujuh dimensi. Ialah subyektif, genetik, struktural, dinamis, adaptif, timbal balik psiko-sosial dan status esksistensial termasuk didalamnya (Hasanah, 2013). Krisis Identitas terjadi karena adanya perubahan fisik, emosional, kognitif, dan sosial. Jika remaja tidak dapat memenuhi harapan dorongan diri pribadi dan sosial yang membantu mereka mendefinisikan tentang diri, maka remaja ini dapat mengalami kebingungan idntitas (Ramadhanu, Sunarya, & Nurhudaya, 2019).

Identitas diri terbagi tahapannya seperti diatas yang dimulai diantaranya saat individu tadi mencapai komitmen yakni, menginvestasi sebuah jalan demi sebuah capaian. Identitiy diffusion yang dimana remaja belum membuat komitmen. Identity foresclure yang dimana  remaja sudah membuat komitmen namun belum menuai krisis (Muttaqin & Ekowarni, 2013). Identity moratorium yakni sudah mencapai krisis tetapi, tidak ada komitmen. Dan yang terakhir yakni, identity achievement dimana komitemen dan krisis itu terjadi (Sunuhadi, Deliana, & Hendriyani, 2013).

               Semua orang memperoleh identitas tertentu dari peran mereka dalam masyarakat, kelompok tempat mereka bergabung dan pribadi mereka karakteristik (Gursoy, 2013). Sarana penyaluran identitas diri sekarang ini marak terjadi dalam dunia maya (S., Unde, & Aziz, 2018). Kegiatan negatif seperti kecanduan internet yang diantaranya terdapat perjudian dan konten dewasa (Hsieh, Hsiao, Yang, & Lee, 2019). Grup teman sebaya yang berlandaskan realitas sosial menjadikan suatu “kasta” dalam sebuah jaringan sosial sebaya, hal tersebut memicu timbulnya bullying pada mereka yang bukan se-“kasta” (Salem & Salem, 2018).

               Semua kegiatan diatas sebenarnya mampu dicegah maupun ditanggulangi dengan hadirnya kecerdasan spiritual yang baik. Sumber lain menandaskan bahwa, kepribadian sebelum remaja menjadikan fondasi yang kuat dalm menghadapi goncangan krisis identitas (Maharani, 2018). Dalam hal ini sinergis orang tua dan anak perlu ditingkatkan. Tidak hanya itu, pendidikan primer yang baik dan arahan lingkungan yang baik berperan penting dalam melewati ujian krisis identitas yang kerap kali bermuara pada kegiatan negatif, yang justru menjadikan remaja sebagai pijakan fase dewasa yang tidak produktif.

Referensi :

Alruwaili, T. O. (2017). Self-Identity and Community Through Social Media: the Experience of Saudi Female International College Students in the United States .Disertassions. Greeley: University of Northern Colorado.

Boonchum, P. (2009). A study of Self-Identity Changes and Correlation of Influential Factors of Thai Students Studying English. Educational Research and Review Vol. 4, No. 11, 535-548.

Cintiawati, N., & Na'imah, T. (2015). Identitas Diri dari Remaja Berbeda Agama (Studi Fenomenologi pada Remaja dari Keluarga dengan Latar Belakang Agama yang Berbeda). Sainteks, Vol. XII, No. 2, 86-93.

Gursoy, B. (2013). The Expression of Self Identityand The Internet. Journal of Educational and Social Research Vo.3, No.7, 477-483.

Hasanah, U. (2013). Pembentukan Identitas Diri dan Gambaran Diri pada Remaja Putri Bertato di Samarinda. eJournal Psikologi Vol.1, No. 2, 177-186.

Hidayah, N., & Huriati. (2016). Krisis Identitas Diri pada Remaja. Sulesana Vol. 10, No.1, 49-62.

Hsieh, K.-Y., Hsiao, R. C., Yang, Y.-H., & Lee, K.-H. (2019). Relationship between Self-Identity Confusion and Internet Addiction among College Students:The Mediating Effects of Psychological Inflexibility and Experiential Avoidance. Enviromental Research and Public Health, 1-11.

Husni, M. A., & P., I. E. (2013). Identitas Diri Ditinjau dari Kelekatan Remaja pada Orang Tua di SMKN 4 Yogyakarta. Jurnal Spirits, Vol.3, No. 2, 15- 27.

Maharani, P. (2018). Peran Identitas Agama Terhadap Status Identitas Diri (Studi Kasus pada Siswi Anggota Badan Dakwah Islam SMAN 7 Malang). Skripsi. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.

Muttaqin, D., & Ekowarni, E. (2013). Pembentukan Identitas Remaja di Yogyakarta. Jurnal Fak. Psikologi UGM Vol. 43, No.3, 231-247.

Rahma, A. F., & Reza, M. (2013). Hubungan antara Pembentukan Identitas Diri dengan Perilaku Konsumtif Pembelian Merchandise bagi Remaja. Character Vol.1, No.3, 1-5.

Ramadhanu, C. A., Sunarya, Y., & Nurhudaya. (2019). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Identitas Diri. Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research Vol.3, No.1, 7-17.

S., S. N., Unde, A., & Aziz, S. (2018). Self-Identity Disclosure Through Social Media: Study On Virtual Etnography Through Vlog. Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.7, No.1, 83-92.

Salem, S. F., & Salem, S. O. (2018). Self-Identity and Social Identity as Drivers of Consumers Purchase Intention Towards Luxury Fashion Goods and Wilingness to Pay Premium Price. Asian Academy of Management Journal Vol. 23, No.2, 161-184.

Sunuhadi, B., Deliana, S. M., & Hendriyani, R. (2013). Status Identitas Remaja dengan Latar Belakang Keluarga Etnis Jawa dan Tionghoa. JSIP Vol.2, No. 1, 45-49.

 

 


 

Description: Hubungan Krisis Identitas Diri dengan Kegiatan Negatif di Kalangan Remaja
Reviewer: Muhammad Ath Thaariq Aziizi
Rating: 4.0
ItemReviewed: Hubungan Krisis Identitas Diri dengan Kegiatan Negatif di Kalangan Remaja
This is the most recent post.
Older Post

12 comments: